Danrem Wirabhakti Tegaskan Komunis ada dan Bentuknya Nyata

Pada Saat Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa  intelejen TNI menunjukkan kebangkitan PKI.  Tetapi justru sebaliknya Presiden Jokowi justru malah beberapa kali  bertanya pada rakyatnya mana PKInya tunjukkan pada saya akan saya gebuk.  Demikian juga mantan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Hak Asasi  Manusia yang sebelumnya dijabat Luhut Binsar Pandjaitan  mengatakan  hal yang sama belum mendapatkan berita tentang kebangkitan PKI.  Hal  yang aneh ini seringkali terjadi pada rezim  pemerintahan Jokowi.


Ketika  Presiden dan para menteri sering berbeda pendapat dan berbeda  menyampaikan informasi. Sehingga saat intejen TNI mengungkapkan adanya  kebangkitan PKI tetapi presiden dan menko Polkamnya malah tidak tahu.  Ternyata bukan hanya Menhan atau Panglima TNI, begitu juga dengan Komandan Komando Resor Militer (Danrem) 162/Wira Bhakti Kolonel Inf Farid Makruf juga mengingatkan bahwa pergerakan komunis itu ada dan bentuknya nyata.”Jadi, kalau berdasarkan data intelijen kami mengatakan gerakan itu ada,” kata Kolonel Inf Farid Makruf di Mataram, Senin.mUntuk wilayah NTB, lanjutnya, keberadaan pergerakan yang berlambang palu arit itu sudah masuk catatan pihak TNI. Bahkan dalam dua tahun terakhir, tercatat ada belasan kasus yang menandakan keberadaannya. “Untuk tahun 2016, ada sebelas kasus yang muncul, begitu masuk tahun 2017 hingga september ini, kami temukan ada delapan kasus,” ujarnya.

Namun Farid menegaskan bahwa keberadaannya di wilayah NTB masih sebatas muncul dalam bentuk aplikasi berupa selebaran, stiker, bendera, atau pun menggunakan sarana baju kaos yang bergambar palu arit. “Artinya apa, gerakan itu ada. Tapi mereka sampai sekarang tidak ada yang berani terang-terangan,” ucapnya. Meski kondisi di daerah demikian, ucap Farid, namun secara nasional pergerakannya sudah bisa dikatakan nyata. “Ada seminar, ada buku yang ditulis oleh seseorang, ada ‘talk show’ yang dengan bangganya mengatakan saya ini anaknya PKI,” kata Farid. Menurutnya, yang paling parah itu, yang datang ke Mahkamah Internasional, memaksa pemerintah kita meminta maaf kepada PKI. “Yang korban siapa, yang harus meminta maaf siapa. Coba kita pelajari dari tahun 1948, apakah kita yang melakukan kekejaman,” katanya.

Karena itu, untuk menangkalnya, TNI memperkuat benteng keamanan negara, salah satunya dengan memutar film pengkhianatan G30S/PKI di tengah masyarakat. “Inilah salah satu bentuk kewaspadaan kami agar komunis gaya baru yang sekarang mulai hadir di tengah-tengah kita, yang tujuannya untuk menggantikan Pancasila sebagai ideologi negara, tidak semakin berkembang,” ujarnya. Farid mengatakan jajarannya yang bertugas di seluruh penjuru daerah telah menjalankan amanah Panglima TNI, menghadirkan film penumpasan gerakan komunis tersebut di tengah masyarakat. “Mulai dari tanggal 20 September, setiap koramil yang ada di bawah enam kodim, sudah melaksanakan nonton bareng film tersebut,” ujarnya.

Sumber: harian terbit

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama