Kisah Si Kasim Serakah dan Ular Yang Marah



Tersebutlah pada jamn dahulu kala, Kasim dan isterinya tinggal di tepi hutan. Mereka hidup berdua saja karena tidak mempunyai anak. Tiap hari Kasim mencari kayu bakar di hutan untuk dijual atau ditukar dengan barang kebutuhan hidupnya sehari-hari. Suatu siang, Kasim yang sudah mengumpulkan kayu sejak pagi, beristirahat di bawah pohon yang rindang. Tiba-tiba terdengar suara, “Tolong! Tolong keluarkan aku.”

Kasim mencari asal suara itu dan melihat sebatang pohon yang tumbang menutupi sebuah lubang besar. Kasim mengintip ke dalam lubang dan melihat seekor ular besar berusaha mendorong pohon tumbang itu.

Kasim takut dan bermaksud pergi saja dari situ. Tapi ular itu memanggilnya, “Jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu.“

Kasim ragu-ragu. Tapi ular itu berbicara lagi. “Tolong pindahkan pohon ini agar aku bisa ke luar. Aku akan mamberikan apa saja yang kauminta.”

 Kasim mendorong batang pohon sehingga ular itu bisa ke luar dari lubang.

“Sekarang katakan apa yang kau inginkan.” kata ular.

“Aku orang miskin,” kata  Kasim. “Aku ingin menjadi kaya.”

“Baiklah,” jawab ular. “Pulanglah.”

Kasim pulang dan rumahnya yang reyot sudah menjadi gedung yang megah. Bahkan isterinya mengenakan pakaian dan perhiasan yang indah. Di meja makan sudah tersedia makanan yang lezat. Sekarang Pak dan Bu Kasim menikmati hidup sebagai orang kaya, bahkan tanpa harus bekerja.

Tak lama kemudian, para tetangga mulai membicarakan pasangan yang mendadak menjadi kaya raya itu.

Istri Kasim merasa tidak enak. “Pak,” katanya kepada suaminya. “Para tetangga membicarakan kita. Katanya kira merampok sehingga menjadi kaya.”

“Biarkan saja, bu.” Kata Kasim. “Mereka hanya iri.”

Beberapa hari kemudian, Istri Kasim berkata, “Kita memang kaya dan hidup enak, tapi aku tidak suka karena orang-orang justru mengejek kita.”


“Pergilah menemui ular itu lagi, pak. Mintalah agar mereka menghormati kita.”

Lalu, Kasim pergi ke lubang ular itu dan menceritakan apa yang terjadi.

Kasim ketemu Ular,  “Baiklah,” kata ular. “Pulanglah. Kau sudah menjadi raja sekarang. Tapi ingat, kau harus menjadi raja yang adil dan bijaksana.”

Kasim pun pulang. Baru saja ia masuk ke rumah, ada orang mengetuk pintu rumahnya. Ternyata beberapa pengawal berdiri di depan rumah Kasim. Mereka menceritakan bahwa raja telah turun tahta dan menjadi pertapa. Sekarang mereka, para pengawal itu ingin Kasim menjadi raja.

Kasim lalu dibawa ke istana dan dinobatkan menjadi raja. Istri  Kasim menjadi permaisuri. Semua orang menghormati mereka dan melakukan semua perintah mereka.

Kisah Kasim dan Ular

Pada suatu hari, permaisuri ingin memakai gaun kesayangannya. Tapi baju itu belum kering setelah dicuci. Permaisuri kesal.

Esok harinya, matahari bersinar terik sekali. Permaisuri kepanasan. Ia pergi ke kolam di istana bersama beberapa pelayan. Tapi sinar matahari membuat kulitnya terbakar.

Permaisuri menemui raja. “Pak, biar pun kita raja dan ratu, tapi kita hanya dihormati oleh manusia. Pergilah ke ular itu dan mintalah agar matahari mematuhi kita.”

Raja pergi ke hutan menemui ular dan mengutarakan keinginannya. Ular menjadi marah.

“Pulanglah, kau Kasim,” kata ular. “Aku tak dapat menuruti keinginanmu. Kau terlalu serakah dan mementingkan diri sendiri.” bentak Ular

Raja Kasim pun pulanglah ke istananya. Ia merasa lega. Setidaknya ia masih menjadi raja.

Tapi esok harinya, raja yang asli kembali dari pertapaan.  Kasim dan isterinya dipersilakan kembali ke rumah mereka. Istri  Kasim tidak senang dan merasa jengkel , tapi  ia tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka berdua lantas pulang ke rumahnya.

Dan, ketika mereka tiba di depan rumah, gedung megah mereka sudah tidak ada lagi. Di sana hanya ada rumah tua mereka yang sudah reyot. Seperti dulu, Kasim dan istri hidup seperti sedia kala sebelum bertemu ular. ***

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama